“Saudara, aku wasiatkan kepada antum dan seluruh umat Islam yang telah mengazzamkan dirinya kepada jihad dan mati syahid untuk terus berjihad dan bertempur melawan setan akbar, Amerika dan Yahudi laknat.

Saudaraku, jagalah selalu amalan wajib dan sunnah harian antum semua. Sebab dengan itulah kita berjihad dan sebab itulah kita mendapat rizki mati syahid. Janganlah anggap remeh amalan sunnah akhi, sebab itulah yang akan menyelamatkan kita semua dari bahaya futur dan malas hati.

Saudaraku, jagalah salat malammu kepada Allah Azza Wajalla. Selalulah isi malam-malammu sujud kepada-Nya dan pasrahkan diri antum semua sepenuhnya kepada kekuasaannya. Ingatlah saudaraku, tiada kemenangan melainkan dari Allah semata.

Kepada antum semua yang telah mengikrarkan dirinya untuk bertempur habis-habisan melawan anjing-anjing kekafiran, ingatlah perang belum usai. Janganlah takut cercaan orang-orang yang suka mencela, sebab Allah di belakang kita. Janganlah kalian bedakan antara sipil kafir dengan tentara kafir, sebab yang ada dalam Islam hanyalah dua, adalah Islam atau kafir.

Saudaraku, jadilah hidup antum penuh dengan pembunuhan terhadap dengan orang-orang kafir. Bukanlah Allah telah memerintahkan kita untuk membunuh mereka semuanya, sebagaimana mereka telah membunuh kita dan saudara kita semuanya. Bercita-citalah menjadi penjagal orang-orang kafir. Didiklah anak cucu antum semua menjadi penjagal dan teroris bagi seluruh orang-orang kafir. Sungguh saudaraku, predikat itu lebih baik bagi kita daripada predikat seorang muslim, tetapi tidak peduli dengan darah saudaranya yang dibantai oleh kafirin laknat. Sungguh gelar teroris itu lebih mulia daripada gelar ulama. Namun mereka justru menjadi penjaga benteng kekafiran.” (IMAM Samudra)

erhabi.wordpress.comDalam kancah dunia jihad, seseorang bila telah syahid, biasanya mengeluarkan ciri khas yang menyertainya. Hal-hal tersebut sangat familiar ada di kancah jihad Afghanistan, Palestina, Iraq dan kancah jihad lainnya. Sebagai pertanda akan kesyahidan dan persaksian akan perjuangan yang telah dilakukan sebelumnya dengan susah payah. Demikian pula yang terjadi dengan Syuhada Imam Samudera.

Pekikan takbir mengiringi datangnya jenasah para syuhada. Bagi pahlawan di medan perang, sambutan itu menggema , dan mengharu biru. Tidak ada sedikitpun perasaan bahwa mereka adalah teroris dan kriminal seperti yang telah digembar-gemborkan oleh aparat kepolisian, pihak yang melakukan pembunuhan keji terhadap Imam Samudera, Amrozi dan Ustad Mukhlaas. Bahkan warga meneriakan dukungan dan akan terus melanjutkan perjuangan mereka.

Di Serang, Banten, warga berebut untuk men-sholatkan jenazah Imam Samudera. Daya tampung masjid yang terbatas membuat sholat jenazah terpaksa dilakukan hingga empat kali. Kondisi tak jauh beda dengan yang terjadi di Lamongan , Jawa Timur. Ribuan jamaah yang ikut dalam prosesi pemakaman syuhada Tenggulun, memaksa sholat jenazah dilakukan lebih dari dua kali.

Tanda Syahid

Bukti-bukti kesyahidan atas tiga syuhada Bali ini terlihat dengan jelas. Di sekitar rumah kediaman Hj. Tariyem, Ibunda Amrozi, burung berwarna hijau berputar-putar di atas rumah.

Inilah Karomah nyata yang diberikan Alloh kepada ketiga syuhada yang bisa disaksikan oleh ribuan masa yang hadir dengan kasat mata.

Awal mula kemunculan burung (burung Karomah) tersebut bersama kedatangan helikopter pembawa syuhada 2 ekor dari arah timur,dan satu ekor dari arah barat.Kemudian mereka bergabung lalu berputar-putar tepat di atas rumah Assyahid Ust Muklas dan Amrozi.

Selain itu bau semerbak yang keluar dari tubuh syuhada Amrozi dan Ustadz Mukhlaas jelas memancar. Khas bau seorang syahid. Bau itulah yang membuat suasana semakin haru. Para pelayat tak kuasa menahan air mata mereka. Menurut kontributor Muslimdaily, Rofiq, wajah para syuhada terlihat sangat bersih dan tampan. Berseri dan terlihat tersenyum, tidak nampak bekas raut wajah yang menahan kesakitan, meski dibunuh dengan cara ditembak.

Usa berpisahnya kawanan burung karomah tersebut 2 ketimur dan 1 kebarat terlihat lafat Alloh dari awan di langit diatas rumah Amrozi.

Tak jauh berbeda keadaan dengan syuhada Imam Samudera. Menurut Khoirul Anwar, kak Imam Samudera, adiknya terlihat sangat bersih. Wajahnya seperti anak kecil yang baru saja mendapatkan permen. Seperti bayi yang baru saja dimandikan bidan,” tuturnya. “Wajahnya begitu bahagia dan bersih. Bibirnya tampak tersenyum,” imbuhnya.

Tidak hanya disitu saja keanehan yang terjadi. Menurut Lulu Jamaludin, adik Imam Samudera, kakaknya memancarkan bau wangi seperti minyak wangi yang sering dipakainya. Bahkah darah segar terus saja mengalir dari luka bekas tembak. “Memang darah Syuhada tidak kan pernah kering,” ujar Khairul.

Dan Takbir Pun Menjadi Salam Perpisahan

Ribuan pelayat yang berdatangan dari segala penjuru kota, menjadi pertanda atas ketulusan perjuangan mereka. Tujuan dan seruan mereka yang disampaikan melalui wartawan televisi akan keikhlasan dalam memperjuangkan Islam dan kaum Muslimin, terbukti dengan banyaknya orang yang datang untuk memberikan penghormatan terakhir. Entah akankah akan ditemui pejuang yang seperti mereka. Namun tabiat sejarah dan peradaban akan terus berulang. Kematian seorang pejuang akan melahirkan ribuan pejuang. Mati satu tumbuh seribu. Akan lahir mujahid yang mewarisi watak, prinsip, dan pendirian mereka meski dalam segi yang berbeda. Kemudian mereka juga akhirnya akan berakhir sama, menghadapi kematian syahid yang lama sudah mereka damba.
Tubuh saling berdesakan dan perhatian terus tertuju kepada jasad para syuhada sebelum masuk liang lahat. Bibir terus bergumam mengucapkan dzikir dan takbir. Allahu Akbar…!! Selamat jalan wahai syuhada, kami akan mewarisi sifatmu yang mulia. Dan takbir pun menjadi salam perpisahan kita di dunia. (muslimdaily.com)

SELAMAT JALAN

November 10, 2008

SELAMAT JALAN WAHAI KAFILAH SYUHADA’

JANNAH ALLAH TELAH MENANTIMU

BIDADARI TELAH MENUNGGUMU

SEMOGA KAMI YANG DISINI BISA MENYUSULMU KE JANNAH ALLAH TA’ALA

Sebagian kaum muslimin yang rindu tegaknya syari`at Islamiyah memandang kedudukan Khilafah Islamiyah (sentral kekuasaan Islam sedunia) sebagai tuntunan mutlak, dan menganggapnya sebuah satu-satunya solusi atas pelbagai problem ummat ini. Mereka menganggap titik tolak (starting point) seluruh kegiatan ummat ini adalah Khilafah tersebut. “Khilafah dulu.. baru yang lain”, prinsipnya. Ini kemudian berkembang kepada prinsip lain, “Khilafah dulu.. baru kemudian berjihad”. Baca entri selengkapnya »

Mubarizin, Breaking Edition, 15 Juni 2002

Perang tak hanya melibatkan dua pasukan berseragam militer bersenjata tempur yang saling berhadapan. Lebih dari itu, suatu peperangan memiliki dimensi yang lebih luas, menembus batas wilayah konflik. Sisi lain dari sebuah peperangan tersebut adalah opini, perang opini. Begitu hebatnya sebuah perang opini dilancarkan, sehingga al-Haq akan menjadi kabur di mata mereka yang tidak mempunyai kacamata yang benar dalam memandang. Sebaliknya, kebatilan akan dianggap sebagai suatu solusi bagi sebuah permasalahan.

Adalah al-Jihad fii Sabilillaah, sebuah nama yang selalu diperebutkan dalam pertarungan opini oleh beberapa kelompok manusia. Kelompok pertama, terdiri dari kaum muslimin yang memahami betul seluk-beluk Dienul Islam, sekaligus berusaha mengamalkan setiap perintah yang ada didalamnya. Atas nikmat Allah, mereka dapat melakukan semuanya itu. Kelompok ini merujuk kepada sumber yang benar (Al-Qur`an dan as-Sunnah) yang mengatakan bahwa al-Jihad fii Sabilillaah adalah perang melawan orang-orang kafir. Sementara kelompok kedua terdiri dari sekian banyak kepentingan pribadi atau golongan, ditambah dengan kebodoh. Mereka, kebalikan kelompok pertama, selalu menafikan kewajiban memerangi orang-orang kafir. Tentu dengan sekian macam dalih dan pertimbangan yang jauh dari bimbingan wahyu Allah. Target utama perang kedua kelompok tersebut satu : ummat Islam. Sama-sama ingin meraih dominasi opini umat Islam terhadap makna al-Jihad fii Sabilillaah. Baca entri selengkapnya »


عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍوعَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَزَوَالُ الدُّنْيَا أَهْوَنُ عِنْدَ اللَّهِ مِنْ قَتْلِ رَجُلٍ مُسْلِم

Dari Abdullah bin Amru dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam, beliau bersabda, “sungguh hilang (hancur)nya bumi lebih ringan di sisi Allah daripada terbunuhnya seorang muslim.” (HR. Nasa’i)

Dari hadits di atas dapat dipahami makna secara tersirat bahwa darah seorang mukmin sangat berharga di sisi Allah daripada hancurnya bumi dan seluruh isinya. Dan pada hari ini sungguh-sungguh murah darah seorang muslim, dan sangat tidak berharga. Baca entri selengkapnya »